Rabu, 09 September 2015

Musibah Menurut Agama Islam Dan Cara Menghadapinya.

Assalamu'alaikum wr.wb.


 Seorang mukmin meyakini bahwa setiap yang terjadi di alam ini adalah atas kehendak dan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Dengan keyakinan tersebut maka dirinya akan merasakan ketenangan didalam hatinya serta ridho atas apa pun yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan atas dirinya baik ia berupa kebahagiaan maupun kesengsaraan, kelapangan maupun kesempitan, Musibah memang dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan terhadap siapa saja. Sebagai seorang muslim, kita harus bijak dalam menghadapi musibah yang diberikan oleh Allah Swt
Firman Allah Ta’ala :
 “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Al Hadid : 22 – 23)
 “Katakanlah (Muhammad),”Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah lah
orang-orang yang beriman bertakwa.” (QS. At Taubah : 51)

Apa yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya tidaklah lepas dari dua hal :
Musibah yang disebabkan kemaksiatan seorang hamba

“Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuara : 30)
      2. Bahwa ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengangkat derajatnya dan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.

Bagaimana cara menghadapi musibah menurut  Islam ?

Allah Swt. Berfirman :
(Yaitu) orang-orang yang apabila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata: Sesungguhnya kita ini dari Allah, dan sesungguhnya kepadaNya­lah kita semua akan kembali. (Qs : Al-Baqarah : 156).

Ayat di atas menjelaskan bahwa musibah dan anugerah adalah dua hal yang tidak luput dari kehidupan manusia.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya bagaimana menyikapi kedua hal tersebut. saat mendapat musibah kita harus bersabar, karena dengan kesabaran, berharap Allah mengampuni dosa-dosa hambanya. Begitu juga jika kita mendapat suatu anugerah, haruslah menyikapinya dengan bersyukur akan menambah tabungan untuk bekal kehidupan kelak diakherat. Barang siapa bersyukur, InsyaAllah, akan ditambah nikmatnya oleh Allah kepada orang tersebut dan barang siapa kufur sesungguhnya azab Allah sangat pedih.

Musibah pada dasarnya merupakan sesuatu yang begitu akrab dengan kehidupan. Adakah orang yang tidak pernah mendapatkan musibah, tentu tidak ada. Musibah adalah salah satu bentuk ujian yang diberikan Allah kepada manusia. Musibah adalah sunnatullah yang berlaku atas para hamba-Nya. Dan bukan berlaku pada orang-orang yang lalai dan jauh dari nilai-nilai agama saja.

Musibah juga menimpa orang-orang yang beriman, bahkan semakin tinggi kedudukan seorang hamba di sisi Allah, maka semakin berat ujian dan cobaan yang diberikan Allah kepadanya. Mengapa demikian ? Karena Allah akan menguji keimanan dan ketabahan hambanya.
Sebagai contoh, musibah dimulai dari tanah longsor , banjir, gunung meletus, angin putting beliung dan lain-lain , namun sayangnya masih sedikit yang bisa mengambil hikmah dari musibah yang sedang diderita. Ujian seharusnya dapat mendongkrak kualitas keimanan dan mengantar pada keberkahan, tapi ternyata masih sering membawa kepada murka Allah. Hal tersebut terjadi karena orang yang terkena musibah tak mampu bersikap sabar saat menghadapinya.
Agama Islam tidak membiarkan umatnya begitu saja ketika ditimpa mereka musibah. Allah Swt sudah memberikan tuntunan lewat Alquran, bagaimana seharusnya seorang hamba ketika ia mendapat musibah baik dirinya maupun orang lain.

Jika musibah diberikan kepada dirinya sendiri, cara menghadapi musibah menurut Islam maka adalah dengan hal-hal sebagai berikut:

1) Mengucapkan kalimat "inna lillahi wa inna ilaihi rajiun" (kalimat istirja’)
Kalimat ini berarti sesungguhnya kami semua adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah kami akan kembali. Hal ini tercantum dalam Surat al-Baqarah, ”(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun." (QS al-Baqarah: 156).

2) Memanjatkan doa kepada Allah SWT agar diberi pahala dari musibah yang dihadapinya.
Hal ini sebagaimana diajarkan Rasulullah dalam sabdanya, "Apabila kamu diberi musibah oleh Allah, maka ucapkanlah doa "Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlifha khairan minha (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini, dan gantikanlah bagiku dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya).” (HR Muslim, Ibnu Majah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal).

3) Bersikap sabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi musibah
Dengan kesabaran itulah seseorang mendapatkan pahala dari musibah yang menimpanya. Seperti diajarkan dalam ayat, ”... Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS az-Zumar: 10).

4) Menerima dengan ikhlas dan tidak menyesali atau membenci musibah yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Siapa yang ridha atas ujian itu, maka Allah akan meridhainya. Dan siapa yang membencinya, maka Allah akan membencinya.” (HR Tirmizi).



Adapun doa yang diajarkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam ketika menghadapi musibah, sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha berkata,

”Saya mendengar Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda,’Tidaklah seorang hamba terkena musibah maka ia mengatakan,’Inna lillahi wa Inna ilaihi roji’un. Allahumma Ajirnii fii mushibatii wakhluf lii khoiron minha. (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami dikembalikan. Yaa Allah berikanlah pahala kepadaku didalam musibahku dan gantilah buatku yang lebih baik darinya) kecuali Allah berikan baginya pahala dari musibahnya dan menggantikan baginya yang lebih baik darinya.” Ummu Salamah berkata,”Tatkala Abu Salamah meninggal lalu aku berdoa dengan yang diperintahkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam maka Allah pun menggantikan buatku yang lebih baik darinya (yaitu) Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam.” (HR. Muslim)
Wallahu A’lam. 
SEMOGA BERMANFAAT,,AMINN,.

0 komentar:

Posting Komentar