Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
MENCARI KEBAHAGIAAN DI DUNIA
Setiap manusia pasti mendambakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, berusaha melakukan sebab-sebab terciptanya kebahagiaan dengan segala kemampuan yang mereka miliki. Seandainya kebahagiaan itu bisa dibeli dengan harta benda, niscaya akan mereka
beli demi untuk mendapatkannya meskipun harus dibayar dengan seluruh hartanya.
Bukanlah ukuran kebahagiaan itu dengan banyaknya harta kekayaan. Bukan pula dengan
tingginya jabatan atau kedudukan di hadapan makhluk. Sebab orang yang memiliki
harta kekayaan yang melimpah banyak yang hidupnya tidak tenang dan selalu
gelisah. Begitu pula orang yang memiliki jabatan tidak merasa aman di dalam
hidupnya. Sebaliknya, kita dapatkan orang yang kurang dalam hartanya, hidup
dengan seadanya dan tidak banyak manusia yang memperhatikannya, tetapi ia bisa
merasakan kebahagiaan yang tidak dirasakan oleh orang lain.
Hal ini menunjukkkan bahwa nilai kebahagiaan itu ada di dalam hati dan jiwa seorang
hamba. Apabila hati merasakan ketenangan dan ketenteraman, maka seluruh jasad
ini akan merasakan kebahagiaan. Karena itu, perlu kiranya kita mengetahui
sebab-sebab terwujudnya kebahagiaan.
Sebab terbesar dan pokok dari kebahagiaan seorang hamba adalah beriman dan beramal
saleh, sebagaimana ditunjukkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Siapa saja yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl: 97)
Allah subhanahu wa ta’ala menyampaikan, siapa saja yang menggabungkan antara keimanan dan amal saleh ia akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia dan ganjaran
yang berlipat di akhirat.
Orang-orang
yang beriman dengan keimanan yang benar akan membuahkan amalan yang saleh dan
mendorongnya untuk memperbaiki akhlak dan hati mereka. Mereka memiliki landasan
yang kokoh ketika dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan. Juga ketika
diberikan kenikmatan dan keleluasaan, maka mereka akan bersyukur dengannya dan
menggunakan kenikmatan pada jalan yang diridhoi dan dicintai oleh Allah
subhanahu wa ta’ala.
Semua hal yang dimaksud akan semakin mendatangkan kebahagiaan. Allah langgengkan
kenikmatan yang sudah ada. Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala akan tambahkan
kenikmatan yang lain. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb kalian menyatakan, ‘Sesungguhnya jika kalian
bersyukur, pasti akan kami tambah (nikmat) kepada kalian. Dan jika kalian
mengingkari (nikmat yang ada), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih’.” (QS.
Ibrahim: 7)
Apabila ditimpa dengan ujian kesempitan dan kesusahan, mereka akan menghadapinya dengan penuh kesabaran dan meyakini bahwa tidaklah Allah berikan musibah, kecuali
Allah inginkan dengannya hikmah yang besar. Bukti bahwa Allah subhanahu wa
ta’ala menginginkan padanya kebaikan adalah seperti yang Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sabdakan,
“Siapa saja yang Allah inginkan padanya kebaikan, maka Allah timpakan musibah kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang mukmin yakin, jika ia senantiasa bersabar di atas segala macam musibah dan
mengharap ridho Allah, maka ia akan mendapat ganjaran yang besar. Hal inilah
yang menjadikan mukmin selalu bahagia dalam setiap keadaan. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin itu. Sesungguhnya segala urusannya baik
baginya dan itu tidak dimiliki oleh selain mukmin. Jika mendapatkan kesenangan,
ia bersyukur, maka yang demikian itu sangat baik baginya. Dan jika ia tertimpa
kesempitan, ia sabar, maka yang demikian itu sangat baik pula baginya.” (HR.
Muslim)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa seorang mukmin
senantiasa mendapatkan buah kebaikan dari amalan kebaikannya, walaupun
dihadapkan kepadanya kesedihan dan kesusahan atau diberikan untuknya kesenangan
dan kelapangan.
Berbeda dengan orang yang tidak memiliki keimanan. Akan terasa sempit, jika diuji
dengan kesengsaraan. Ia akan meratapi kesedihannya. Ia tidak menerima ketetapan
yang telah diberikan Allah. Musibah semakin membuatnya sengsara. Wal iyadzu
billah.
Perkara kedua di antara sebab mendatangkan kebahagiaan adalah berbuat baik kepada
seluruh makhluk, baik lewat perbuatan ataupun lewat ucapan. Allah subhanahu wa
ta’ala menahan kejelekan yang akan menimpa seorang mukmin dan keluarganya lewat
kebaikan yang dilakukan mukmin tersebut, sehingga akan muncul ketenangan,
ketenteraman, dan kebahagiaan. Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan mengazab
seseorang selama ia masih beriman dan bertakwa. terlebih bagi orang yang
berbuat kepada seluruh makhluk. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
مَّا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
”Mengapa Allah menyiksa kalian, jika kalian bersyukur dan beriman? Dan adalah Allah yang
maha mensyukuri lagi aha mengetahui.” (QS. An Nisa: 147)
Dengan perbuatan baik terhadap makhluk yang didasari dengan keikhlasan mengharap wajah Allah, akan datang pahala yang besar dan balasan kebaikan. Dari bentuk balasan
kebaikan, adalah Allah gantikan kegundah-gulanaan dengan ketenangan dan
kebahagiaan. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
لَّا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, berbuat kebaikan atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan siapa saja yang berbuat seperti itu karena
mencari ridho Allah, maka kelak Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (QS.
An Nisa: 114)
Semoga kita senantiasa diberikan rahmat oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan diberikan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allahumma amiin.
MENCARI KEBAHAGIAAN DI DUNIA .