Assalamu'alaikum wr.wb.,.
Tulisan ini dibuat bukan bermaksud untuk menyudutkan
kaum pria, bukan untuk memberi kesan lemah pada kaum wanita, bukan pula untuk
membela para wanita. Tulisan ini dibuat semata-mata adalah untuk bahan
perenungan dan pembelajaran bagi kita semua, khususnya untuk kaum laki-laki,
dan lebih khusus lagi untuk mereka yang telah menyandang status ‘suami’ atau
‘imam’ dalam rumah tangga.
Dikutip dari sebuah buku berjudul “100 pesan Nabi untuk Wanita” karangan
Badwi Mahmud Al-Syaikh, disana dikatakan sebagai berikut…
Dari
Abu Hurairah r.a.: Rasulullah Saw. Bersabda, “barang siapa beriman kepada
Allah Swt. Dan Hari akhir, hendaklah ia tidak mengganggu tetangganya. Jagalah
pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan dengan baik. Sebab
mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Tulang rusuk yang paling
bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau berusaha meluruskannya, tulang itu
akan patah. Jika engkau membiarkannya, tulang itu tetap bengkok. Oleh karena
itu jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan dengan baik.” (HR
Al-Bukhari dan Muslim)
Kita melihat hadis ini
menyoroti kelemahan alamiah perempuan. Dalam dirinya ada kebengkokan naluriah
yang tidak bisa diluruskan oleh siapa pun. Namun demikianlah tuntutan
kebijaksanaan Allah Swt., sebagaimana –termasuk kebijaksanaanNya- dia
menjadikan laki-laki memiliki kemampuan untuk memelihara hal ini dengan
membawanya pada pergaulan yang baik.
Imam
Al-Ghazali –seperti dikutip dalam Al-Lu’Lu’wa Al-Marjan karya Muhammad Fu’ad
‘Abdul-Baqi, h. 194- berkata, “Salah satu kewajiban suami
terhadap Istri adalah memperlakukannya dengan baik. Perlakuan baik kepadanya
bukan hanya tidak menyakiti, melainkan juga bersabar atas perilaku buruk,
kelambanan, dan kemarahnnya untuk meneladani Rasulullah Saw. Ketahuilah bahwa ada istri beliau yang mengejek beliau dengan
mengulang perkataannya dan ada pula yang tidak memedulikan beliau hingga malam.
Lebih dari itu, laki-laki dapat lebih bersabar atas perilaku buruk istri dengan
humor yang bisa mengenangkan hatinya.”
Rasulullah
Saw. Juga bersabda, “Aku ingatkan kepada kalian tentang hak dua
orang yang lemah, yaitu anak yatim dan perempuan.” (HR Imam
Ahmad, Ibn Majah, dan Al-Hakim)
Hadis
ini memperingatkan perlakuan buruk terhadap perempuan sebagai mana terhadap
anak yatim. Hadis ini juga mengumpamakan perempuan dengan orangg yang lemah dan
tertawan, serta menjelaskan bagaimana syariat islam mengharamkan sikap aniaya
kepada keduanya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. Yang lainnya, “Janganlah mencari-cari alasan untuk menyakiti mereka”.
Dari
Ayyas bin ‘Abdullah bin Abu Dzubab: Rasulullah Saw. Bersabda,“Janganlah memukul hamba (perempuan) Allah Swt.” Kemudian,
‘Umar bin Al-Khaththab mendatangi Rasulullah Saw. Seraya berkata,
“Kadang-kadang kaum perempuan berbuat durhaka terhadap suami mereka.” ‘Umar
meminta keringanan agar dibolehkan memukul mereka. Namun sejumlah perempuan
mendatangi istri-istri Nabi Saw. Dan mengadukan perlakuan suami mereka. Oleh
karena itu, Rasulullah Saw. Bersabda, “Banyak perempuan menemui
istri-istri Muhammad untuk mengadukan perlakuan suami mereka. Suami-suami
seperti itu bukanlah orang-orang terbaik.” (HR Abu Dawud, Ibn
Majah, Al-Darimi, Ibn Hibban, dan Al-Hakim)
Ada kaitan erat antara
keimanan dan akhlak yang baik. Semakin baik akhlak seseorang, keimanannya pun
semakin sempurna. Semakin baik sikap seseorang kepada orang lain dengan
menampakkan wajah berseri, tidak menyakiti, dan berbuat baik, keutamaannya pun
semakin besar di sisi Allah Swt.
Kaitan
seperti ini berpengaruh besar terhadap hubungan di antara anggota-anggota
masyarakat, khususnya kasih saying kepada perempuan ketika keimanan kaum
laki-laki berkaitan dengan tingkat kebaikannya kepada istri mereka, disamping
menunjukkan ketinggian akhlak mereka. Beliau juga bersabda, “Hanya orang mulia yang memuliakan perempuan dan hanya orang
tercela yang merendahkan mereka.” Dalil yang paling kuat
terhadap hal ini adalah bahwa seruan ini ditujukan kepada kaum Muslimin agar
menggunakan hukum syariat dan akal sehat dalam menyelesaikan perselisihan
dengan istri, bukan menggunakan perasaan.
Meskipun syariat
membolehkan pemukulan kepada istri, hal itu hanya boleh dilakukan dalam keadaan
terpaksa. Selain membolehkannya syariat juga mencela orang yang melakukannya
sebagai kebiasaan. Syariat juga menyebutkan bahwa orang yang tidak menggunakan
cara tersebut sebagai orang yang paling baik.
Demikianlah kutipan yang saya dapatkan dari buku di atas. Sungguh mulia
akhlak Rasulullah dalam memperlakukan wanita, dan sungguh indah cara islam
dalam melindungi mereka. Perintah untuk memperbaiki diri memang tak saja
dilontarkan untuk kaum laki-laki, tetapi juga untuk para wanita. Seharusnya
mereka tetap berusaha untuk menjadi pendamping yang baik bagi para laki-laki,
sebagaimana yang dilakukan Khadijah, istri kesayangan Rasulullah Saw. Semoga
ini dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, agar mampu menjadi hamba Allah
yang lebih baik lagi.
Amin ya Allah, ya Rabbal ‘alamin…
SEMOGA BERMANFAAT, AMINN,.
seruan Rasulullah kepada kaum laki-laki…