MENJAGA LISAN.
Agama Islam adalah agama yang sempurna. Semua hal yang dapat mendekatkan
seseorang kepada Surga telah dijelaskan. Segala hal yang dapat menjerumuskan
seseorang ke dalam Neraka pun telah disebutkan. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman,
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
“Pada hari ini, telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian
dan telah Kusempurnakan untuk kalian nikmatKu dan telah Kuridhai untuk kalian
agama Islam.” (QS. Al Maidah: 3)
Termasuk hal yang dapat mendekatkan seseorang ke dalam Surga
adalah menjaga lisan. Sebaliknya, perkara yang dapat menjerumuskan seseorang ke
dalam Neraka adalah tidak menjaga lisan. Lisan merupakan bagian yang berukuran
kecil dari tubuh seorang manusia. Akan tetapi, aktifitas lisan sangat banyak,
karena lisan begitu mudah untuk digerakkan.
Jika seorang muslim dapat menjaga anggota tubuh yang satu ini,
lisan, maka keberuntungan yang akan didapatkan. Akan tetapi, siapa yang tidak
menjaga bagian tubuh yang kecil ini, maka akibatnya besar. Seseorang dapat
celaka, tersungkur ke dalam api Neraka karenanya. Hal ini telah disebutkan oleh
manusia yang paling mulia Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
bersabda, “Tidaklah yang menyebabkan manusia tersungkur ke dalam neraka di atas
wajah-wajah mereka kecuali akibat dari perbuatan lisan-lisan mereka.” [HR.
Tirmidzi, “Kitabul Iman”, “Bab Dalil tentang Kemuliaan Shalat”]
Menjaga lisan merupakan perbuatan yang sangat penting dalam
agama ini. Di antara bentuk menjaga lisan adalah menghindari perkataan yang
buruk dan yang tidak bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya
berkata yang baik atau diam.” [HR. Al Bukhari nomor 5559 dan Muslim nomor 67]
Maka, seorang mukmin yang kuat keimanannya, ia selalu
memerhatikan betul ucapan-ucapannya. Ia senantiasa menimbang apakah ucapannya
bermanfaat atau tidak, apakah ucapannya membuat Allah subhanahu wa ta’ala ridha
atau justru membuat Allah subhanahu wa ta’ala murka kepadanya. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam beliau bersabda,
“Sungguh seorang hamba akan mengucapkan suatu kalimat yang
diridlai Allah, suatu kalimat yang ia tidak mempedulikannya, namun dengannya
Allah mengangkatnya beberapa derajat. Dan sungguh, seorang hamba akan
mengucapkan suatu kalimat yang dibenci oleh Allah, suatu kalimat yang ia tidak
meperdulikannya, namun dengannya Allah melemparkannya ke dalam neraka.” [HR. Al
Bukhari nomor 5997]
Seorang muslim yang baik keislamannya senantiasa menjaga
lisannya, baik ketika berada di tengah keramaian maupun ketika seorang diri. Ia
meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala maha tahu apa yang ia perbuat dan apa
yang ia ucapkan. Ia pun yakin bahwa di sekitarnya ada malaikat yang siap
mencatat amalan baik dan amalan buruknya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَإِنَّ
عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ O كِرَاماً كَاتِبِينَ O يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ O
“Sesungguhnya pada kalian (ada Malaikat) yang mengawasi. Yang
mulia lagi mencatat (amalan kalian). Mereka mengetahui apa yang kamu lakukan.”
(QS. Al Infithar 10-12)
Seorang hamba Allah subhanahu wa ta’ala meyakini bahwa apa saja
yang diperbuatnya akan ada balasannya dan begitu pula yang diucapkannya.
Kebaikan sekecil apapun akan dibalas dengan kebaikan dan kejelekan sekecil
apapun akan dibalas dengan kejelekan pula. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَمَن يَعْمَلْ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ O وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرّاً يَرَهُ O
“Siapa saja yang beramal kebaikan sebesar biji dzarrah, maka
akan melihat (balasannya). Dan Siapa saja yang beramal kejelekan sebesar biji
dzarrah, akan melihat (balasannya).” (QS. Al Zalzalah: 7–8)
Menjauhi Perkataan Dusta
Hampir semua manusia mengetahui bahwa ucapan dusta merupakan
suatu kejelekan lisan. Bahkan umat muslim meyakini bahwa perkataan dusta
merupakan dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Maukah aku ceritakan kepada kalian dosa besar yang paling
besar? Tiga perkara: menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orangtua, dan
bersaksi palsu atau kata-kata palsu.” Waktu itu, beliau sedang bersandar lalu
duduk. Beliau terus mengulangi sabdanya, sehingga kami (para sahabat) berkata,
“Seandainya beliau berhenti.” [HR Al Bukhari nomor 126]
Seseorang yang meninggalkan sesuatu karena Allah subhanahu wa
ta’ala, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menggantikan untuknya dengan
sesuatu yang lebih baik. Ketika seorang muslim meninggalkan perkataan dusta
karena Allah subhanahu wa ta’ala (karena Allah melarangnya dan membencinya),
maka Allah subhanahu wa ta’ala akan menggantikan untuknya dengan yang lebih
baik di sisiNya. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan,
“Aku menjaminkan [untuk mendapatkan] rumah di bagian bawah dari
Surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun ia benar, dan rumah di
bagian tengah dari Surga bagi yang meninggalkan dusta, walaupun hanya bergurau,
dan rumah di bagian atas dari Surga bagi yang baik akhlaknya.” [HR. Abu Dawud,
“Kitabul Adab”]
Bahkan kita tidak cukup dengan hanya menjaga diri dari perkataan
dusta. Akan tetapi, kita harus menjaga diri pula dari teman yang pendusta,
sebagaimana dalam surat At Taubah ayat 119 Allah subhanahu wa ta’ala
memerintahkan hamba-hambaNya,
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan
jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At Taubah: 119)
Hendaknya kita benar-benar meyakini, perkataan dusta merupakan
salah satu hal dari hal-hal yang dapat menjerumuskan pelakunya ke dalam Neraka,
sehingga tidak terbesit sedikit pun oleh kita untuk mengatakan perkataan dusta.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Dan
kebaikan mengantarkan kepada Surga. Dan sesungguhnya jika seorang hamba selalu
berkata jujur, maka akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan
sungguh kedustaan mengantarkan kepada kejelekan. Dan kejelekan mengantarkan kepada
Neraka. Dan sesungguhnya seseorang bila selalu berdusta, maka akan dicatat di
sisi Allah sebagai seorang pendusta.” [HR. Al Bukhari 5629 dan Muslim]
Semoga Allah selalu membimbing kita untuk menjaga lisan dan
memudahkan jalan kita menuju SurgaNya. Amin.
Pentingnya Membayar Zakat bagi Seorang Muslim